Minggu, 17 Mei 2009

mengembangkan perencanaan asuhan komprehensif

BAB I
PENDAHULUAN

Penuntun belajar digunakan untuk melatih keterampilan dalam pencapaian elemen-elemen kompetensi oleh mahasiswa secara individual. Mulai dari latihan di laboratorium keterampilan sampai saat melaksanakan praktik klinik kebidanan. Bimbingan keterampilan untuk mencapai kompetensi di laboratorium keterampilan asuhan kebidanan baru bisa dilaksanakan atau diikuti oleh seorang mahasiswa bila mahasiswa tersebut telah mengikuti perkuliahan seluruh materi kuliah asuhan kehamilan (mata kuliah asuhan ibu I). Dalam perkuliahan tersebut mahasiswa mendapat teori tentang teori tentang fisiologi kehamilan, pertumbuhan kehamilan dari bulan ke bulan, kebutuhan fisik dan psikologis ibu selama kehamilan, perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil, perubahan fisik dan psikologis ibu dalam masa kehamilan, teori tentang pendekatan dalam asuhan kehamilan (Manajemen Varney) dan dokumentasi asuhan kehamilan. Dalam perkuliahan juga dilakukan demonstrasi dan simulasi keterampilan yang mendukung kompetensi yang akan dilatih atau dipelajari


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menetapkan Kebutuhan Tes Lab
Pemeriksaan laboratorium awal pada wanita dengan resiko ringan meliputi tes darah berikut : golongan darah dan faktor rhesus(Rh), skining antibodi, hitung darah lengkap (hematokrit), Rapid Plasma Reagin (RPR), atau tes lain untuk mendeteksi sifilis, titer rubela, HBSAg dan HIV. Banyak juga klinisi melakukan kultur urine. Kondisi umum klien memungkinkan pelaksanaan tes tambahan. Seiring kemajuan tes kehamilan, tes tambahan seperti skrining tripel serum maternal juga diperlukan.
a. Fakltor Rh
Faktor Rh (antigen) dalam sel darah merah dimiliki oleh sekitar 85% penduduk kulit putih dan 93% penduduk Afrika-Amerika. Faktor ini ditemukan dalam sel janin sejak 6 minggu setelah konsepsi. Individu yang memiliki factor ini dinyatakan Rh-positif. Sedangkan individu yang tidak memiliki factor ini dinyatakan Rh-negatif.
b. Skrining Rh
Skrining antibody digunakan untuk mengidentifikasi antibody wanita yang membahayakan janin. Wanita ini tidak boleh mendapat RhIg. Penyakit ni bertanggung jawab terhadap penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Meskipun demikian, sekitar 2% penyakit ini disebabkan oleh golongan darah yang langka.
 Hitung Darah Lengkap
a. Anemia Fisiologis
Selama masa hamil, volume plasma dan massa sel darah merah meningkatkan volume darah ibu sekitar 45% di atas volume sebelum hamil. Meskipun demikian, peningkatan jumlah sel darah merah lebih kecil daripada peningkatan plasma sehingga terjadi anemia delusional. Anemia fisiologis ini mulai dikenali sebagai anemia yang sesungguhnya.


b. Tes Anemia
Beberapa klinik dan kantor hanya meminta haemoglobin dan hematokrit untuk skrining anemia pada wanita hamil. Karena pengukuran salah satu atau keduanya merupakan satu-satunya nilai yang digunakan untuk skrining anemia pada kehamilan maka kesalahan fatal dapat saja terjadi; merawat wanita yang sebenarnya tidak mengalami anemia dan tidak merawat wanita yang benar-benar mengalami anemia.
c. Suplementasi Besi Rutin
Anjuran resmi penggunaan besi oral pada mnasa hamil bervariasi. Banyak klinisi merasa bahwa tablet besi prenatal adalah upaya pengamanan yang baik untuk mencegah anemia defisiensi besi selama masa hamil.
d. Anemia Defisiensi Besi
Kesepakatan penanganan anemia defisiensi ialah bahwa besi oral dapat diberikan.
e. Trombositopenia
Trombosit diperlukan untuk pembekuan darah. Hitung trombosit harus diatas 150.000 per ,L, meskipun nilai antara 100.000 per mL dan 150.000 per mL masih dapat diterima sejauh tes ulang tidak menunjukkan destruksi trombosit.
 Tes Sifilis
Infeksi janin akibat Treponema pallidum dapat terjadi setiap saat selama masa hamil dan pada setiap tahap penyakit maternal. Skrining prenatal pada wanita hamil merupakan factor yang paling penting untuk mengidentifikasi bayi yang berisiko sifilis congenital.
 Tes Rubela
Efek merusak rubella congenital, misalnya, lesi pada mata, penyakit jantung, ketulian, anemia, hepatitis, pneumonitis, defek tulang, dan abnormalitas kromosom pertama kali ditemukan pada tahun 1940-an. Defek ini cenderung muncul ketika infeksi rubella dialami pada trimester pertama. Frekuensinya kemudian menurun seiring kemajuan kehamilan. Pada minggu ke-16 gestasi, kecenderungan efek teratogenik sangat kecil.
Wanita hamil tidak dapat diimunisasi terhadap rubella, karena secara teoritis terdapat kemungkinan tubuh menjadi lemah karena virus mempresipitasi infeksi intrauterin pada bayi.
 Tes Hepatitis B
Kehamilan jarang mengganggu perjalanan infeksi hepatitis B. Masalah yang harus diperhatikan pada wanita hamil yang mengidap penyakit ini adalah bahwa bayi akan terinfeksi pada saat lahir dan akan menjadi carrier kronis yang menularkan penyakit ini ke individu lain, atau bahwa bayi akan meninggal akibat karsinoma hepatoseluler, sirosis atau keduanya.
“Kurang dari 5% orang dewasa yang terinfeksi akut di AS menjadi carrier kronis, bandingkan dengan mereka yang terinfeksi perinatal, yaitu sebanyak 25%..sampai 90%...” (Divisi Kesehatan Oregon, 1994).
 Tes Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sekarang diketahui bahwa virus dapat ditularkan ibu ke bayinya. Selama ini penularan perinatal diketahui mencapai angka sebesar 50%, sementara penelitian terakhir menunjukkan angka sebesar 15% sampai 30%.
Identifikasi dini HIV-positif pada wanita hamil memberi kesempatan untuk memutuskan kelanjutan kehamilan dan ketika keputusan dibuat terapi ZDV dapat diberikan untuk mengurangi infeksi pada janin.
 Tes Bakteriuria Asimptomatik
Sementara bakteriuria asimptomatik merupakan kondisi bukan patologis yang umum ditemukan pada wanita tidak hamil. Pada wanita hamil kondisi tersebut dapat menyebabkan pielonefritis, suatu infeksi yang mengakibatkan morbidilitas maternal yangb signifikan dan juga dihubungkan dengan PTL. Penanganan ABU pada wanita hamil secara signifikan mewnurunkan infeksi trakturinarius.





2.2 Menetapkan Kebutuhan Untuk Pengobatan Komplikasi Ringan
a. Deskripsi
• Konstipasi aadalah gangguan rasa nyaman yang umum terjadi pada trimester pertama kehamilan
• Ini juga merupakan msalah nutrisi yang umum terjadi pada kehamilan
• Konstipasi cenderung terjadi pada kehamilan akibat tekanan pada peristaltik usus dari uterus yang terus membesar, pengaruh hormon relaksin plasenta, dan kemungkinan akibat menngkatnya kadar progesteron
• Konstipasi menyebabkan rasa begah dan penuh serta hilang nafsu makan
b. Temuan Pengkajian
• Adanya rasa begah dan penuh pada abdomen
• Hilang nafsu makan
• Perubahan pola eliminasi usus
c. Implikasi Keperawatan
• Kaji nutrisi klien dan pola eliminasi yang mungkin menjadi faktor penyebab
• Anjurkan klien untuk mengosongkan ususnya secara teratur
• Anjurkan pada klien untuk meningkatkan kandungan serat dalam makanan dengan mengkonsumsi buah dan sayuran dan minum air dalam jumlah lebih dari biasanya setiap hari
• Jika klien mengkonsumsi suplemen besi oral, daripada melarang klien mengkonsumsi suplemen tersebut yang berguna untuk menambah simpanan besi, lebih baik kita membantu klien untuk konstipasi melalui cara lain
• Ingatkan klien untuk tidak mengkonsumsi obat umum untuk mencegah konstipasi, terutama minyak mineral yang akan mengganggu absorpsi vitamin larut lemak yang diperlukan bagi pertumbuhan janin dan kesehatan ibu
• Beri tahu klien untuk menghindari enema karena tindakan ini dapat mencetuskan persalinan
• Anjurkan klien untuk menghindari obat-obatan yang dijual bebas selama kehamilan kecuali diresepkan oleh dokter
• Berikan pelunak feses, laksatif ringan dan supositora sesuai instruksi
• Nasehatkan klien untuk menghindari makanan pembentuk gas, seperti kubis atau buncis, sehingga flatus dapat dikontrol

2.3 Menetapkan Kebutuhan Konsultasi Atau Rujukan Pada Tenaga Profesional
a. Definisi
Sistem rujukan dalam pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal.
Rujukan vertikal maksudnya rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit lain yang lebih lengkap. Umpamanya dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistis fasilitas dan personalianya. Sedangkan horizontal maksudnya konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak.
b. Tujuan Rujukan
• Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya
• Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman pendrota atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
• Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah


c. Kegiatan rujukan dan pelayanan ini antara lain berupa :
• Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit kesehatan yang lebih lengkap
• Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan dan nifas
• Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis
• Pengiriman bahan laboratorium
• Bila penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan lagi kepada unit semula, bilamana perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan)
d. Kegiatan rujukan informasi medis antara lain berupa :
• Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim
• Menjalin kerjasama sistem pelaporan data-data medis umumnya dan data-data parameter pelayanan kebidanan khususnya terutama mengenai kematian maternal dan perinatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional.

2.4 Menetapkan Kebutuhan Untuk Konseling Spesifik/Anticiptory Guedance Tes Darah
Kondisi-kondisi tertentu memerlukan tes darah tambahan. Selain prosedur khusus yang harus dilakukan untuk klien-klien keturunan Afrika, Asia, atu Mediterania, tes lain yang harus dilakukan berdasarkan riwayat klien atau pemeriksaan fisik meliputi T4 bebas jika klien dicurigai mengalami hipertiroidisme dan TSH (thyroid stimulating hormone) untuk wanita yang dicurigai hipotiroidisme dan untuk wanita yang mengkonsumsi obat tiroid.
Tuberkulosis
Wanita yang berasal dari Negara yang angka prevalensi tuberculosisnya tinggi dan waniita yang berhubungan dengan populasi terkait harus menerima PPD. Abaikan riwayat vaksinasi BCG pada saat menginterpretasi tes tuberculin (Perez-Stable, 1995). Kecenderungan yang terjadi ialah bahwa hasil yang positif berhubungan dengan infeksi mycobacterium tuberculosis, bukan vaksin BCG. Apendiks M mengidentifikasi criteria untuk PPD positif.
Tes Genetik
Resiko defek lahir pada setiap kehamilan ialah 3%-5%. Apabila wanita hamil dinyatakan berisiko tinggi memiliki anak yang menderita defek lahir, ia harus ditawari untuk dirujuk ke pusat konseling genetic.

2.5 Menetapkan Kebutuhan Konseling PMS
a. Definisi
Konseling adalah kebutuhan proses pembicaraan dan pembahasan masalah-masalah antara kita dengan konselor (orang yang dilatih untuk mengatasi masalah PMS).
b. Penyakit Menular seksual (PMS) dan AIDS
AIDS adalah PMS yang paling sering didengar belakangan ini. Ketakutan orang tentang AIDS sangat besar, karena sejauh ini belum dapat disembuahkan. Obat-obatan yang dapat membantu perawatan mereka yang sudah kena AIDS (bukan menyembuhkan) juga sangat mahal.
Semua orang bisa saja terkena AIDS. Di Indonesia sudah ada bayi maupun rang dewasa yang terkena AIDS. Karena itu, kita mesti waspada terhadap bahaya penularan AIDS.
c. Catatan khusus tentang AIDS
• Kita tidak bisa melihat apakah seseorang terkena AIDS (bibit penyakit AIDS) hanya berdasarkan penampilannya
• AIDS tidak bisa dicegah dengan obat-obatan, suntikan atau jamu-jamuan
• AIDS belum dapat disembuhkan dan dapat berakibat kematian
• AIDS dapat menular dengan cara yang sama dengan PMS yang lain
• Penampakan AIDS sama seperti penyakit yang mengenai orang biasa seperti TBC, tumor, radang paru, infeksi saluran pencernaan dan lain-lain
• AIDS dapat dicegah dengan cara hanya berhubungan seks dengan seorang pasangan yang juga hanya berhubungan seksual dengan kita, atau dengan menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual

2.6 Menetapkan Jadwal Kunjungan Sesuai Dengan Perkembangan Kehamilan
Jadwal Kunjungan Pranatal yang Direkomendasikan
Nulipara Multipara
Kunjungan pertama 6-8 minggu
Kunjungan kedua dalam 4 minggu setelah kunjungan pertama
Kunjungan ketiga 14-16 minggu
Kunjungan keempat, 24-28 minggu
Kunjungan kelima 32 minggu
Kunjungan keenam 36 minggu
Kunjungan ketujuh 18 minggu
Kunjungan kedelapan 40 minggu
Kunjungan kesembilan 41 minggu Kunjungan pertama 6-8 minggu
Kunjungan kedua 14-16 minggu

Kunjungan ketiga 24-28 minggu
Kunjungan keempat 32 minggu
Kunjungan kelima 35 minggu
Kunjungan keenam 39 minggu
Kunjungan ketujuh 41. Minggu

Anamnese mengenai riwayat kehamilan sekarang meliputi gerakan janin dalam 24 jam terakhir, perasaan klien sejak kunjungan terakhirnya, masalah atau tanda-tanda bahaya yang mungkin dialami klien sejak kunjungan terakhirnya, keluhan-keluhan yang lazim dalam kehamilan, dan kekhawatiran lainnya.


BAB III
KESIMPULAN

Kunjungan awal prenatal merupakan kesempatan untuk menkaji wanita hamil yang dating untuk memperoleh perawatan prenatal. Kunjungan ini merupakan waktu untuk membina hubungan saling percaya dan memperlihatkan kepdulian sehingga klien selalu kembali untuk mendapat bimbingan, dukungan, dan memantau kesejahteraan klien serta bayinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar